Cari Blog Ini

Baca Juga

Ingin ngunduh / ndownload ?, Baca “Cara Ngunduh” dibawah entry ini!

Kamis, 12 Juni 2014

Saat Prabowo dikeroyok jenderal mantan DKP

MERDEKA.COM. Jelang pelaksanaan pilpres 2014, konstelasi politik kian memanas. Seluruh isu yang cenderung menjadi black campaign digelontorkan untuk menjatuhkan para calon.
Salah satunya adalah kasus penculikan aktivis dan HAM. Belum lama ini, publik ramai membicarakan surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang berisi rekomendasi pemberhentian Prabowo Subianto dari dinas kemiliteran.
Hal itu lantas menuai polemik. Kubu Prabowo tak terima surat yang menurut mereka bersifat rahasia negara itu disebarkan kepada publik melalui media sosial. Kubu Prabowo menduga ada pihak yang sengaja membocorkan surat DKP itu.
Meski tak mau menunjuk siapa pelaku penyebaran, kubu Prabowo menyatakan dokumen tersebut hanya ada di brankas Panglima ABRI saat itu yakni Jenderal Wiranto.
"Jadi kalau kemarin itu beredar satu dokumen seolah-olah dokumen Dewan Kehormatan Perwira (DKP), itu adalah rahasia negara. Berarti ada yang membocorkan rahasia negara. Kita berharap juga institusi TNI mengusut siapa yang membocorkan dokumen-dokumen, karena itu hanya ada di brankas Panglima ABRI, ketika itu dalam hal ini adalah Pak Wiranto. Jadi itu adalah suatu tindak pidana, membocorkan rahasia negara," kata Waketum Gerindra sekaligus Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Fadli Zon di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Senin (9/6).
Seperti diketahui, DKP beranggotakan sejumlah jenderal yakni; Ketua Jenderal Subagyo HS, Wakil Ketua Jenderal Fachrul Razi, Sekretaris Letjen Djamari Chaniago. Kemudian Letnan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, Letjen Yusuf Kartanegara, Letjen Agum Gumelar dan Letjen Ari J Kumaat.
Saat ini, beberapa di antara jenderal tersebut tergabung dalam tim sukses pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Mereka antara lain; Jenderal (Purn) Wiranto, Jenderal (Purn) Subagyo HS, Jenderal (Purn) Fachrul Razi. Sementara, Jenderal (Purn) Agum Gumelar telah menyatakan dukungannya kepada Jokowi-JK. Mereka pun ramai-ramai membeberkan soal peristiwa 16 tahun lalu ini.
Jenderal (Purn) Fachrul Razi angkat bicara soal polemik beredarnya surat DKP itu. Menurutnya, dari aspek kehormatan perwira Prabowo memang memiliki banyak kesalahan.
Tak hanya itu, dia juga menceritakan sejumlah pertimbangan yang diambil DKP sebelum memutuskan merekomendasikan pemberhentian Prabowo. Menurutnya, Prabowo tidak disiplin dalam sejumlah hal.
"Beberapa kasus lainnya, misalnya dia sering tidak ada di tempat. Kita tanya kemana dia, dia ada di sebuah negara tertentu, dan ini sangat-sangat tidak disiplin dan membahayakan. Apalagi terakhir pada saat dia melakukan penculikan itu. Terus terang saja, penculikan pada saat itu, kami hanya fokus pada yang diculik yang sudah kembali. Kami tidak sedikit pun menyentuh yang hilang. Dari hasil itu saja kami anggap dia sudah sangat pantas untuk dipecat. Tapi kami sepakat untuk tidak menggunakan kata pemecatan," katanya.
Hal itu diamini oleh Jenderal (Purn) Agum Gumelar. Ia mengaku saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus kerap ditegur oleh Kasad atas sikap indisipliner Prabowo.
"Saya sendiri waktu itu jadi komandan, Danjen Kopassus, saya kena tegur sama Kasad. 'Itu tuh Prabowo kalau keluar lapor nggak sama kamu?' Gitu kan, ya saya lindungi lah, saya bilang, 'Lapor pak, mana berani dia nggak lapor'."
"Terus habis itu dia saya panggil, 'Wo lu mau pergi kemana sih wo? Pergi deh, tapi lu kalo mau pergi lapor dong biar gua tau lu di mana' nah itu repotnya begitu lah (tidak disiplin), kira-kira begitu," katanya.
Tak mau tinggal diam, mantan Wakasad Letjen TNI Purnawirawan Suryo Prabowo yang masuk dalam tim sukses Prabowo-Hatta, langsung bereaksi. Ia justru mempertanyakan tanggung jawab atasan Prabowo dalam kasus penculikan.
"Mengapa Jenderal Feisal Tanjung, Jenderal Wiranto, Jenderal Subagyo HS dan Jenderal Fachrul Razi yang merupakan atasan Langsung Letjen Prabowo kok seluruhnya melarikan diri dari tanggung jawab?" katanya dalam siara pers yang diterima merdeka.com, Selasa (10/6).
Menurut Suryo, Prabowo sudah bersikap ksatria dengan bertanggung jawab pada sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) atas kesalahan yang dilakukan anak buahnya.
"Bahkan dengan keji dalam DKP mereka menyampaikan 11 tuduhan, di antaranya adalah Prabowo telah menyalahgunakan wewenang dan pelanggaran prosedur, seperti pengabaian sistem operasi, dan disiplin hukum di lingkungan ABRI. Kemudian lebih dari itu sekarang ini mereka menyebarkan fitnah, bahwa Prabowo dipecat karena telah melakukan pelanggaran HAM berat terkait dengan tuduhan sebagai dalang peristiwa kerusuhan Mei 1998. Apa-apaan Jenderal seperti ini? Ini kan contoh tidak baik buat junior mereka di TNI karena mengajarkan untuk jadi pengecut dan penakut," bebernya.

Cara Ngunduh

Adf.ly adalah website untuk menyingkat URL suatu alamat web/blog yang panjang.Bagi anda yang menggunakan “PC” atau LAPTOP” sudah barag tentu mudah saja. Ketika anda mengklik judul lagu atau link maka anda akan menuju halaman Adf.ly disitu (sudut kanan) tunggu sejenak cuma 5 detik hingga muncul 'SKIP ADD" atau "LEWATI' silakan anda klik, maka anda akan diarahkan ke halaman "Hosting File " Mediafire, 4shared atau lainnya tempat kami menyimpan files.

Sedangkan ponsel dominan tidak tertanam javascript, yang sering memakai Opera Mini browsernya, pada umumnya opera mini itu tidak tertanam javascript maka ketika melewati adf.ly maka terjadilah kesulitan

Tips / Cara Melewati Adf.ly Via Operamini untuk mobile / ponsel:

01. Pilihlah links atau judul lagu (usahakan pilih klik kanan => Tab baru / New Tab agar tidak meninggalkan halaman blog ini)

02. Dan pastinya Countdown timer muncul serta berhenti pada angka 2 atu 1 (biasanya) sebelum muncul tulisan “Skip add”.

Lihat gambar dibawah ini
03. Kemudian lihat url address bar, silahkan anda hapus dan ganti dengan teks ” t”
04. Lanjutkan klik ok/enter dan lihat hasilnya… tombol “Skip add” atau “LEWATI” “ muncul.. dan klik tombol tersebut, maka halaman download segera terbuka
Semoga Sukses !