Mungkin kita seringkali kagum pada keterampilan menulis
seseorang yang semakin baik setiap hari sedangkan kemampuan kita masih jalan
ditempat. Mungkin juga kita sering merasa iri pada penulis lain yang telah
mampu menulis dengan lancar sedangkan kita menyusun paragraf menjadi bab saja
sulitnya minta ampun.
Atau mungkin juga kita sering merasa terpesona membaca buku
orang lain sedangkan buku kita belum rampung juga ditulis. Lalu kita bertanya,
bagaimana, sih, cara menjadi penulis seperti mereka?
Jawabannya ada pada dua kata sederhana yang memiliki
pengaruh besar ini: practice (latihan) yang massive (banyak). Mari saya
tunjukkan sebuah contoh perbandingan.
Mengapa seorang bocah umur lima tahun di Amerika sana sangat
lancar berbahasa inggris, padahal mereka tidak pernah belajar bahasa inggris di
sekolah? Dan mengapa pula kita orang Indonesia, setelah belajar bahasa inggris bertahun-tahun di
kelas, masih banyak yang tidak bisa berbahasa inggris?
Dan lebih parahnya lagi,
ternyata kita sering diajarkan oleh orang yang belum tentu juga menguasai
bahasa inggris (walau sering mengaku sarjana bahasa inggris! Maaf numpang
nyindir… he.. he…)
Contoh ini sama dengan perbandingan kita dan penulis sukses
itu.
Mengapa kita sering sekali merasa sulit menciptakan tulisan
yang baik dan menarik? Dan mengapa pula penulis hebat itu sangat lihai
menciptakan tulisan yang baik, menarik dan bahkan menggugah?
Jawabannya karena kita jarang sekali latihan menulis atau
bahkan sering sekali merasa malas untuk melakukannya. Sedangkan penulis yang
telah sukses itu telah menulis banyak hal dalam waktu yang lama. Mereka telah
memutuskan untuk menulis setiap hari walaupun hanya beberapa menit. Mereka
telah mengorbankan waktu dan tenaga mereka untuk sesuatu yang mereka impikan sehingga
mereka telah menjadi diri mereka yang sekarang.
Felix Siauw (Seorang Best Spiritual Motivator, Asli
Palembang) dalam satu buku best sellernya, How To Master Your Habits,
menuliskan,
“Bila seseorang banyak
melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai
keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan alias habits.”
Benar sekali Bang Felix, setuju bangets. Bila kita banyak
(massive) melatih (practice) minat kita maka dalam keadaan terpaksa ataupun
sukarela, pasti kita bakal menguasainya.
Apa yang ditulis Bang Felix ternyata sama dengan apa yang
ditulis oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers.
“Bahwa penguasaan dalam suatu bidang tertentu merupakan kunci
utama dari kesuksesan, dan penguasaan tersebut hanya bisa diperoleh oleh
seseorang jika telah melakukan latihan minimal 10.000 jam.”
Ya, kita akan menguasai keahlian apapun yang kita minati
setelah kita berlatih selama 10 ribu jam. Kalo dihitung-hitung, 10 ribu jam itu
sama dengan dua tahun. Jadi bila kita ingin ahli melakukan suatu hal, menulis
misalnya, berarti kita harus berlatih menulis satu jam setiap hari selama
kurang lebih dua tahun.
Yups, saya setuju dengan dua pendapat dua master diatas.
Saya setuju karena saya telah mengalami dan merasakannya. Ketika saya telah
menulis (practice) selama kurang lebih dua tahun (massive), maka saya baru bisa
merasakan kemampuan dan keterampilan menulis saya bertambah bagus. Pikiran dan
tangan saya terasa sudah menyatu, keduanya sudah mulai bisa berjalan seiring
seirama, bebas dari writing block. Aktivitas menulis saya pun menjadi lancar.
Saya mulai bisa menulis dengan mengalir. Mantap!
Jadi, anda pun bisa menjadi penulis hebat seperti penulis
lain yang telah sukses itu. Syaratnya anda harus mau latihan (practice) menulis
dalam waktu yang lama (massive) dengan penuh kesungguhan.
Tidak ada yang instan dan magic disini. Anda hanya perlu menekan
diri anda untuk mau menulis setiap hari walaupun beberapa menit atau beberapa
jam. Atur jadwal anda untuk mengisi minggu dan bulan anda dengan menulis. Anda
harus bersedia menjalani prosesnya dengan tekun. Anda harus bisa menikmati suka
dukanya dengan sabar sampai tulisan anda terbit dan bisa dibaca serta dinikmati
banyak orang. Apakah anda siap?